Kata Pengantar
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah.
Malang, 9 maret 2015
Daftar
isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang masalah...................................................................................................3
2.
Rumusan
masalah...........................................................................................................4
3.
Tujuan.............................................................................................................................4
4.
Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1.
Perencanaan pengembangan sekolah/pendidikan..............................................................5
2.
Visi,
Misi, tujuan dan sasaran sekolah...............................................................................13
3.
Asesmen
kebutuhan dengan membandingkan keadaan sekolah dengan harapan standar
pendidikan........................................................................................................................15
4.
Tantangan
dengan berbagai analisis..................................................................................15
BAB III PENUTUP
Ø
Kesimpulan....................................................................................................................16
Ø
Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Salah satu
permasalahan yang masih menyelimuti pendidikan indonesia adalah pelaksanaan
manajemen atau implementasinya belum tertata dan terstruktur dengan baik.
Sehingga mutu pendidikan sangat memprihatinkan.Demi mewujudkan pendidikan yang
efektif, efisian, serta berkualitas, diperlukan adanya perencanaan yang
harmonis dan terarah. Salah satu faktor yang menyebabkan pengangguran
terpelajar, serta kurangnya berhasilnya penyelenggaraan pendidikan di indonesia
adalah kualitas manajemen pendidikan yang mumpuni.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan buku dan
alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,
dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah,
terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari
berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Faktor pertama, Belum ada
pelatihan yang serius untuk tenaga pendidikan. Apalagi mengenai kepala sekolah.
Padahal pemimpin dalam sebuah lembaga atau sekolah sangat menentukan suksesnya
output yang berdasarkan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus pahami betul arti pentingnya perencanaan pengembangan sekolah yang
efektif.
Faktor kedua,
penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat
tergantung pada keputusan birokrasi yang
mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang
dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
Faktor ketiga, peran
serta warga sekolah khususnya guru dan pranserta masyarakat khususnya orang tua
siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Dengan
keterbukaan sekolah terhadap masyarakat akan muncul indikasi proses kerja sama.
Jadi, dengan ini masyarakat akan menganggap bahwa sekolah itu bukan tanggung
jawab guru saja tapi tanggung jawab bersama.penyelenggaraan yang bersifat
terpusat atau sentralis berganti ke arah desentralisasi. Pengelolaan pendidikan
yang diarahkan pada desentralisasi menuntut partisipasi masyarakat
secara aktif untuk merealisasikan otonomi daerah. Karena itu memerlukan
kesiapan sekolah sebagai ujung tombak operasional pendidikan pada level bawah.
Pendidikan yang selama ini dikelola terpusat (sentral) harus diubah sesuai
dengan perkembangan sistem yang ada yaitu sistem desentraliasi. Dengan
berlakunya sistem tersebut akan nampak kerja sama antara sekolah dengan
masyarakat.
Oleh karena itu perlu
diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam
kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan
merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan
hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adlah lembaga sosial yang berfungsi
untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan
sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan, Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah
ada karena masyarakat memerlukannya.
2.
Rumusan
masalah
a.
Bagaimana
rencana pengembangan sekolah yang efektif?
b.
Apa
itu visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah?
c.
Seperti
apa asesmen kebutuhan sekolah dengan membandingkan kondisi sekolah dengan
standar pendidikan?
d.
Bagaimana
tantangan sekolah dengan berbagai analisis?
3.
Tujuan
a.
Untuk
menjelaskan rencana pengembangan sekolah yang efektif
b.
Untuk
menjelaskan Apa itu visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah?
c.
Menjelaskan asesmen kebutuhan sekolah dengan
membandingkan kondisi sekolah dengan standar pendidikan
d.
Menguraikan
Tantangan sekolah
4.
Manfaat
a.
Mahasiswa
tahu tentang pelaksanaan MBSyang efektif
b.
Agar
mahasiswa tahu tentang rencana pengembangan sekolah yang efektif
c.
Supaya tenaga pendidik atau mahasiswa memahami
tantangan sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Arti penting
perencanaan pengembangan sekolah
a. Pengertian dasar
perencanaan
Perencanaan pada dasarnya adalah
sebuah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai salah satu fungsi manajemen,perencanaan
mempunyai peran sangat penting dan utama,bahkan yang pertama di antara
fungsi-fungsi manajemen lainnya.Begitu pentingnya sebuah perencanaan sehingga
dikatakan,”Apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar,
sesungguhnya sebagian pekerjaan besar telah selesai dilaksanakan.
Perencanaan
yang baik dan komitmen menjalankan
dengan serius akan menghasilkan sesuatu yang baik. Perencanaan dalam konteks
pendidikan menunjukan bahwa sebua perencanaan yag baik akan menhasilkan sesuatu
yang baik pula. Contoh sederhana yang
sering menjadi pembicaraan adalah kualitas pendidikan nasional di
bandingkan dengan kualitas pendidikan dengan negara tetangga (Malaysia).
Pertanyaanya adalah mengapa Malaysia pada era 1970-an masih “ Berguru” kepada
Indoneia dalam hal pendidikan justru kini lebih maju.
b. Penyusunan Rencana pengembangan
sekolah (RPS)
Untuk dapat melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen dengan baik, setiap satuan pendidikan sekolah/madrasah
harus merumuskan dan menetapkan visi satuan pendidikan dan kemudian
mengembangkan visi satuan pendidikan sekolah tersebutmenjadi misi dan tujuan
sekolah.Rumusan visi,misi,dan tujuan sekolah tertuang di dalam rencana
pengembangan sekolah (RPS).
Berkenaan dengan visi
sekolah,permendiknas no. 17 tahun 2007 menjelaskan sebagai berikut:
1.
Setiap
sekolah /madrasah harus merumuskan dan menetapkan visi serta mengembangkannya
menjadi misi dan tujuan sekolah.
2.
Visi
sekolah /madrasah tersebut:
a.
Dijadikan
sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan
pada masa yang akan datang;
b.
Mampu
memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap
pihak yang berkepentingan;
c.
Dirumus
berdasar masukan dari waga sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras
dengan visi instusi di atasnya serta visi pedidikan nasional;
d.
Diputuskan
oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolahdengan memperhatikan
masukan komite sekolah;
e.
DI
sosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan;
f.
Ditinjau
dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan
masyarakat.
Sementara tentang misi dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Sekolah
merumuskan dan menetapkan misi seta mengembangkannya.
2.
Misi
sekolah:
a.
Memberikan
arah dan mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
b.
Merupakan
tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
c.
Menjadi
dasar program pokok sekolah;
d.
Menekankan
pada kualitas layanan peserta didik dan
mutu lulsan yang di harapan oleh sekolah;
e.
Memuat
pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah;
f.
Memberikan
keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah yang
terlibat;
g.
Dirumuskan
berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite
sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang di pimpin oleh kepala
sekolah;
h.
Disosialisasikan
kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan;
i.
Ditinjau
dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan
di masyarakat;
Berkenaan dengan tujuan
sekolah dijelaskan sebagai berikut:
1.
Sekolah
merumuskan dan menetapkan tujuan sert mengembangkannya.
2.
Tujuan
sekolah:
a.
Menggambarkan
tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah(empat tahunan);
b.
Mengacu
pada visi,misi,dan tujuan pendidikannasional serta elevan dngan kebutuhan
masyarakat;
c.
Mengacu
pada standar kompetensi lulusan yang sudah di tetapkan oleh sekolah dan
pemeritah;
d.
Mengakomodasi
masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan
diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang di pimpin oleh kepala sekolah;
e.
Di
sosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan.
Satuan pendidikan sekolah harus
memiliki rencana kerja sekolahyang dijelaskan dalam permendiknas no. 19 tahun
2007 sebagai berikut:
1.
Rencana
kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan di capai dalam kurun
waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin di capai dan
perbaikan komonen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2.
Rencana
kerja tahunan yang dinyatakan dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah
dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah;
3.
Rencana
kerja jangka menengah dan tahunan sekolah di setujui dalam rapat dewan pendidik
yang di impin oleh kepala sekolah;
4.
Rencana
kerja empat tahun dan tahunan di sesuaikan dengan persetujuan rapat dewan
pendidik dan pertimbangan komite sekolah;
5.
Rencana
kerja tahunan yang di jadikan dasar dalam pengelolaan sekolah yang di tunjukan
dengan prinsip kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas;
6.
Rencana
kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
a.
Kesiswaan;
b.
Kurikulum
dan kegiatan pembelajran;
c.
Pendidik
dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
d.
Sarana
dan prasarana;
e.
Keuangan
dan pembiayaan;
f.
Budaya
dan lingkungan sekolah;
g.
Peran
serta masyarakat dan kemitraan;
h.
Rencana-rencana kerja lainyang mengarah kepada peningkatan
dan pengembangan mutu pendidikan.
C. Strategi implementasi manajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolah sangat berkaitan dengan sekolah
efektif. Sekolah efektif pada prinsipnya mensaratkan adanya keleluasan sekolah
atau madrasah untuk mengelolahdan dan mengambil keputusan pendidikan secara
mandiri. Keputusan-keputusan yang dibuat sekolah dalam implementasi MBS akan
sangat berpengaruh pada kualitas lembaga atau institusi tersebut.
Mulyasa (2002) mengemukakan MBS dapat efektif dan efisien
dalm implementasi apabila dikukung oleh SDM yang profesional, memiliki
kecukupan dana dan sarana dan prasarana yang memadai dan dukungan masyarakat
yang tinggi.
Strategi-strategi
yang bisa dilakukan untuk berhasilnya pelaksanaan MBS pada tingkat sekolah,
antara lan :
a.
Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya
pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala
bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak;
b. Adanya peran serta masyarakat secara
aktif dalam hal pebiayaan maupun pengambilan keputusan;
c. Adaya kepemimpinan sekolah yang kuat
sehingga mampu menggerakan dan mendayagunakan sumberdaya sekolah secara efektif
terutama kepala sekolah;
d. Adanya proses pengambilan keputusan
yang demokratis dalam kehidupan Dewan Sekolah;
e.
Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawab secara
sungguh-sungguh.
d. Aspek perangkat pelaksaaan
Efektifitas
pelaksanaan MBS memerlukan perangkat pelaksanaan yang mencakup:
1.
Kesiapan sumber daya manusia yang terkait dengan pelaksanaan
MBS
PersiapanSDM dapatdilaksanakandalambentuksosialisasimelalui
media masa, pelatihan yang dilaksankanbagikepalasekolah, bagi pengawasdanunsur-unsur lain yang
terkait, sertaujicobadenganmemilihdaerahdansekolah
yang mewakili criteria-kriteriasebagaiujicoba MBS.
2. Tingkat kemampuan sekolah atau
kategori sekolah dan daerah
Kategorisekolahmencakuptigahaljenjangsekolah
yang terdiri SD/MI Negri/Swasta, SLTP/MTS Negri/Swasta,
kemampuanmanajemensekolah yang
dikategorikansebagaisekolahdengankemampuanmanajementinggi, sedangdanrendah,
dankriteriadaerah yang terdiridari dearth denganpendapatantinggi,
saedangdanrendah.
3. Peraturan/kebijakan dan pedoman
Pedomanpelaksanaanterdiridariduajenisyaitupedomandaripusat
yang terdiridariseperangkataturan yang
diperlukanuntukpelaksanaanotonomipadamasing-masingunsurdanpedomanpelaksanaan
MBS yang
dirumuskansedemikianrupamencakupkerangkanasionaldanotonomisekolahpedomaninimeliputiantara
lain rencanasekolah, pembiayaan, monitoring danevaluasi
4. Rencana sekolah
Rencanasekolahdisusunolehsekolahdenganpartisipasimasyarakat
yang tergabungdalam” DewanSekolah”.
RencanasekolahperlumendapatpersetujuandariPemdaDati
II.Rencanasekolahmemuatmateritentangvisidanmisisekolah, tujuan,
nilai-nalaidannasionaldanlokasertaprogman.Rencanasekolahmenitiberatkanpadaapa
yang akandicapaipadakurunwaktutertentu (1 tahun, 2 tahun, atau 3 tahun).
Sebagaicontohsekolahakanmeningkatkanprestasibelajar senior (Meningkatkanangka
rata-rata NM).
5. Rencana pembiayaan
Sekolahmenyusunanggaran(rencanakeuangan)
yang terdiridarisumber-sumberdanadaripemerintah orang tuamurid, danmasyarakat.Semuadana
di kelolaolehsekolah.Anggaranberdasarkanprogramdan di perhitungkanberapabiaya
yang di perlukanuntukmelaksanakankegiatandenganprinsipefisiensi, buaksemuadana
yang tersedia di habiskan. Anggaranmempunyaifungsipengendalian yang
dapatmenganalisissebab-sebabjikaterdapatperbedaanantaraanggarandanrealisasi.
Hal-hal yang menyebabkanketidakefisienanataupemborosandanterjadiperubahanharga.
a. Rencanapenerimaan,
beberapajumlahdana yang di perkirakanakan di perlolehuntukmembiayaikegiatan
program dandarimanadanatersebutdiperoleh(sumberdana).
b. Rencanapengukuranberapajumlahdana
yang di perlukanuntukmelaksanakankegiatan yang di
perincidalamjumlahsatuandanperkiraanbiayasetiapunit.Untukmemudahkanpenyusunananggarandapat
di buattabledengankomponenkegiatan, jumlah unit, perkiraanbiayaperunit, total
biayadansumnberdana.
Masyarakat
di tuntut partisipasinya agar lebih memahami, membantu dan mengontrol proses
pendidikan, sedangkan pemerintah berperan sebagai peletak kerangka dasar
kebijakan pendidikan serta menjadi fasilitator yang akan mendukung tercapainya
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Depdiknas menetapkan bahwa:
Fungsi-fungsi
yang dapat disentralisasikan ke sekolah adalah (1) perencanaan dan evaluasi
program sekolah, (2) pengelolaan kurikulum, (3) pengelolaan proses belajar
mengajar, (4) pengelolaan ketenagaan, (5) pengelolaan peralatan dan
perlengkapan, (6) pengelolaan keungan, (6) pelayanan siswa, (7) hubungan
sekolah dan masyarakat, dan (9) pengelolaan iklim sekolah.
1.
Perencanaan dan evaluasi program
Sekolah
di beri wewenang untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhanya,
misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah juga di beri
wewenang untuk melakukan evaluasi, Khususnya evaluasi internal atau evaluasi
diri. Norkolis (2003:45) menyatakan bahwa:
Perencanaan adalah rencana
pengembangan sekolah yang setidaknya meliputi beberapa hal sebagai berikut: (1)
visi dan misi sekolah, (2) identivikasi timbulnya permasalahan, (3) prioritas
permasalahan yang dihadapi sekolah segera diselesaikan, (4) alternatif cara
pemecahan masalah, (5) prioritas pemecahan masalah, (6) tujuan program sekolah,
(7) rencana induk pengembangan, (8) sumberdana untuk membiayai program, (9)
proposal penunjang blok-grent yang terdiri dari program dan perkiraananggaran,
dan (10) membuat rencana anggaran pendapatan belanja sekolah yang memuat jenis
program dan sumber dana dalam jangka waktu satu tahun.
2.
Pengelolaan kurikulum
Sekolah
dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak mengurangi isi kurikulum nasional
yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk
mengembangkan kurikulum muatan local. Sehubungan dengan hal tersebut, Mulyasa
(2004:41) Menyatakan bahwa:
Untuk
menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran dalam MBS,
kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru harus
menjabarkan isi kurikulun secara lebih rinci dan operasional ke dalam program
tahunan, caturulan dan bulanan.
3.
Pengelolaan proses belajar mengajar
Sekolah
di beri kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
paling efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,
karakteristi guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.
4.
Pengelolaan ketenagaan
Pengelolaan
ketenagaan mulai dari analisa kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan,
penghargaan dan sangsi, hubugan kerja hinga evaluasi kerja tenaga kependidikan
yang saat ini masih ditangani birokrasi diatanya.
5.
Pengelolaan peralatan dan perlengkapan
Pengelolaan
fasilitas seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan
perbaikan hinga pengembanganyan. Hal ini di dasari oleh kenyataan bahwa sekolah
yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesediaan dan
kemutakhirannya terutama fasilitas yang sangat erat kaitanya secara langsung
dengan proses belajar mengajar.
6.
Pengelolaan keuangan
Pengelolaan
keuangan, terutama pengalokasikan/pengunaan uang sudah sepantasnya dilakukan
oleh sekolah.sekolah jaga harus diberi kebebasan untuk melakukan
kegitan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan sehinga sumber keungan
semta-mata tidak tergantung pada pemerintah.
7.
Pelayanan siswa
Pelayanan
siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, bimbingan,
penempatan untuk melanjukan kesekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga
pengurusan alumni dari dulu telah di desentralisasikan.Dalam pelayanan siswa
yang di perlukan adalah peningkatan intensitas dan ektensitasnya.
8.
Hubungan sekolah dan masyarakat
Esensi
hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan ketertiban,
kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral
dan financial yang dari dulu telah disentalisasikan.Yang di perlukan adalah peningkatan
inteisitas dan ektensitasnya. Indra Djati sidi (2001:133) menyatakan bahwa di
era otonomi ini, partisipasi masyarakat sebagai kekuatan control dalam
pelaksanna berbagai program pemerintah menjadi sangat penting terutama dalam
bidang pendidikan.Karena partisipasi tersebut bisa menjadi sebagai pengontrol
bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah.
9.
Pengelolaan iklim sekolah
Lingkungan
sekolah yang aman dan tertip, optimism dan harapan yang tingi dari warga
sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa
adalah iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semagat siswa belajar. Iklim
sekolah sudah merupakan kewenagan sekolah dan yang di perlukan adalah
peningkatan intensitas dan ektensitasnya.
Dengan
mendensetralisasikan berbagai bidang tersebut di harapkan tujuan utama MBS akan
tercapai. Tujuan utama MBS tak lain adalah meningkatkan kinerja sekolah dan
terutama meningkatkan kinerja belajar siswa menjadi lebih baik.
10.
Evaluasidirisekolah
Untukpelaksanaan
program
pendekatan,.Pemerintahtelahmenetapkanstandarpendelolaanpendidikandenganmenggunakankegiatanevaluasidirisekolah
(EDS) denganbeberapaketentuansebagaiberikut.
1.
Sekolah/madrasah
melakukanevaluasidiriterhadapkenerjasekolah/Madrasah
2.
Sekolah/Madarsahmenetapkanprioritas indicator
untukmengukur, menilaikinerja,
danmelakuikanperbaikandalamrangkapelaksanaanstandarnasionalpendidikan.
3.
Sekolah/Madarsahmelaksanakan:
a.
Evaluasi proses pembelajaransecara periodic,
sekurang-kurangnyadua kali dalamsetahun, padaakhir semester akademik;
b.
Evaluasi program kerjatahunansecara periodic
sekurang-kurangsatu kali dalamsetahun, padaakhirtahunanggaransekolah/Madrasah
4.
Evaluasidirisekolah/Madrasah dilakukansecara periodic
berdasarkan data daninformasi yang sahih.
Mengapa perlu konsep konsep MBS dipelaksanaankan? Menurut Permadi ( 2001:19 )
asumsi dasar dari school- Based Manajemen(SBM ) adalah bahwa asekolah
adalah bahwa sekolah harus lebih bertanggung jawab mempunyai kewenagan yang
lebih dan dapat dituntut pertanggung jawaban oleh yang berkepentingan. Dalam
mengemban misinya sebagai pelayan dalam bidang pendidikan, maka Manajemen
Berbasis Sekolah adalah sebagai bentuk desentralisasi dalam kewenangan
mengambil keputusan pada setiap sekolah.
Permadi (2001:99) berpendapat bahwa tujuan MBS adalah memberikan otonomi
sekolah dan peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggi untuk mencapai
efesiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Efesiensi dicapai melalui
keleluasaan mengelola sumber daya sekolah, partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi Komite sekolah bersama masyarakat memberikan dukungan
bagi peningkatan mutu sekolah, pengembangan profesionalisme para kepala sekolah
dan guru–guru akan dapat ditingkatkan karena besarnya dukungan masyarakat
disertai pengawasan mutu, transparansi, demokratis dan menghapuskan
kecendrungan KKN dalam pengelolaan sekolah.
Menurut Supriono dan Sapari (2001:5) tujuan utama MBS adalah untuk meningkatkan
efesiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan disekolah untuk
mengelola urusannya, efesiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan akan lebih
tinggi, karena sekolah yang lebih mengetahui keperluan dan kondisinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
adalah untuk:(1) menjamin mutu pembelajaran anak didik (2) Meningkatkan mutu
sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui kemandirian, kreatifitas,
inisiatif dan inovatif dalam mengelola sumber daya sekolah (3) meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan dengan mengakomodir aspirasi bersama (4)
Meningkatkan tanggung jawab sekolah terhadap orang tua, masyarakat dan
pemerintah tentang mutu sekolah.
Manajemen
pendidikan berbasis sekolah akan menjadi sekedar wacana jika tidak
diaplikasikan secara efektif di lembaga pendidikan.pewacanaan di anggab tuntas,
langkah selanjutnya adalah melakukan penerapan dengan segala konsekuen yang
dapat di pertanggung jawabkan. Perubahan manajemen dari yang bersifat
konvensional seperti selama ini, dianggap membuang-buang waktu tanpa memberikan
solusi efektif menuju pencerahan pendidikan.
Aplikasi inovasi manajemen pendidikan melalui penerapan manajemen pendidikan
berbasis sekolah, tidak hanya merupakan bentuk atau ujud pola manajemen
berdasarkan program sekolah, tetapi telah melibatkan seluruh komponen-komponen
yang ada di masyarakat dalam hal ini adalah: (1) orang tua peserta didik, (2)
dunia usaha dan dunia kerja, (3) perindustrian dan (4) pemerintah.
Seluruh komponen ini tidak bisa lagi melepaskan diri dari program pendidikan
persekolahan, tetapi secara simultan ikut serta dalam menentukan arah dunia
pendidikan sehingga tidak ada lagi saling menghujat jika produk pendidikan
tidak sesuai dengan kebutuhan komponen-komponen yang ada dalam masyarakat.
Strategi Pelaksanaan yang bersifat aplikatif terhadap manajemen pendidikan
berbasis sekolah dapat dilakukan dengan: (1) pemberian otonomi sekolah (2)
Merangsang masyarakat untuk berpartisipasi aktif untuk membantu sekolah (3)
Mendorong kepemimpinan sekolah yang kuat (4) Proses pengambilan kepetusan di
lakukan secara demokratis (5) Bimbingan dilakukan secara terus menerus oleh
stuan atasan (6) Sekolah didorong untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas
terhadap Stekeholders, (7) Diarahkan untuk pencapaian tujuan sekolah dan
(8) Secara terus menerus melakukan sosialisasi tentang manajemen pendidikan
berbasis sekolah.
2. Rumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah
a.
Merumuskan
Visi Sekolah
Visi
adalah imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang di inginkan di
masa yang akan datang. Imajinasi kedepan seperti itu akan selalu diwarnai oleh
peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi dimasa yang akan
datang.Tantangan tersebut harus di respon oleh sekolah sehingga visi sekolah akan mampu
mengakomodasi sekaligus memanfaatkan peluang ang terkandung pada perkembangan
tersebut.
Visi pada
umumnya di rumuskan dengan kalimat filosofis, bahkan sering kali mirip dengan
slogan.Sering pula di rumuskan dalam bentuk kalimat yang khas, mudah di ingat
dan terkait dengan istilah tetentu. Pegadaian misalnya, memiliki visi dalam
mengatasi bentuk kalimat yang mudah di ingat orang, yaitu mengatasi masalah tanpa masalah. Artinya, orang yang menggadaikn
barang di pegadaian tidak menimbulkan masalah baru.
b.
Merumuskan
Misi Sekolah
Misi
adalah sesuatu yang harus di emban atau di laksanakan sesuai dengan visi yang
di tetapkan,agar tercapai tujuan oganisasi dengan baik. Misi adalah
tindakan/upaya untuk mewujudkan atau
merealisasikan visi.Karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan sekolah, maka misi dapat juga di artikan sebagai tindakan
untuk memenuhi kepentingan maingmasing kelompok yang terkait dengan sekolah.
Misalnya sebuah sekolah mempunyai visi “
UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA “, maka merumuskan misinya
seagai berikut:
a.
Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
b.
Menumbuhkan
semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
c.
Menumbuhkan
penghayatan terhadap ajaran agama yang di anut dan juga budaya bangsa, sehingga
menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
Dari
contoh tersebut tampak bahwa misi selalu dalam bentuk kalimat yng menunjukan“tindakan”dan
bukan kalimat yang menunjukan “keadaan” sebagaimana pada visi.
c.
Merumuskan tujuanSekolah
Tujuan merupakan penjabaran misi.
Tujuan merupakan “apa” yang akan di capai oleh sekolah yang bersangkutan dan
“kapan” tujuan akan di capai. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan
tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi yang telah di canangkan.Sebaliknya
tujuan tersebut dikaitkan dengan siklus program sekolah, misalnya jangka 3
tahunan yaitu satu siklus pendidikan di SMP atu SMA jika itu di anggap terlalu
pendek maka dapat juga untuk dua siklus program sekolah (6 tahun).
d.
Sasaran
Sekolah
Sasaran harus
menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingi di capai dan terukur agar mudah di
lakukanevaluasi keberhasilannya.Meskipun sasaran yang di rumuskan berdasarkan
tantangan nyata yang di hadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut
harus tepat mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah untuk itu sekolah harus
memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah sebelum merumuskan sasarannya.
Secara singkat karakteristik
sasaran sekolah yaitu:
1.
Sasaran
haus menggambarkan mutu dan kuantita yang ingin di capai dan terukur agar mudah
di lakukan evaluasi keberhasilannya.
2.
Rumusannya
tetap mengacu pada visi, misi , dan tujuan sekolah.
3.
Sasaran
dapat di sebut tujuan jangka pendek atau tujuan situasional sekolah, yakni
tujuan yang dirumuskan dengan memperhitungkan tantangan yang nyata di hadapi
oleh sekolah.
4.
Sasaran
pada dasarnya adalah tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan sekolah
5.
Dalam
menentukan sasaran, prioritas sasaran harus di pertimbangkan secara
sungguh-sungguh.Misalnya, sekolah mencanangkan tujuan yang mencakup lima aspek,
maka sekolah perlu menyusun prioritas, apakah kelimaaspek tersebut akan di
garap pada tahun pertama, atau hanya beberapa aspek aja berdasarkan
pertimbangan kondisi dan kemampuan sekolah.
3. Asesmen
kebutuhan dengan membandingkan keadaan sekolah dengan harapan standar
pendidikan
Asesmenmerupakanistilahumum yang
didefinisikansebagaisebuah proses yang di tempuhuntukmendapatkaninformasi yang digunakandalamrangkamembuatkeputusan-keputusanmengenaipara:
1. Siswa
2. Pendidik dan tenaga
pendidikan
3. Sarana dan prasarana
4. Kurikulum
5. Program-program
6. Kebijakan-kebijakansekolah.
Asesmen
kebutuhan akan menjadi perangkat yang esensial dalam pengelolaan sekolah. Dalam
kaitannya dengan standar pengelolaan satuan pendidikan, sistem perencanaan
pengembangan lembaga yang diterapkan pada setiap sekolah harus mampu
memfasilitasi dan mengakomodasi lima pilar utama yang digariskan dalam standar
pengelolaan itu kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Pengambilan keputusan akan lebih baik jika didasarkan atas
analisa dan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya didasarkan
atas instuisi.
Pengambilan keputusan yang baik dari kepala
sekolah akan mempu mengefektifkan implementasi dari manajemen berbasis sekolah
dengan memberikan kewenangan terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan
perbaikan kualitas secara terus menerus. Dapat juga dikatakan bahwa manajemen
berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan
(stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Agar implementasi berjalan dengan
baik maka harus ada hubungan baik antara guru dengan murid, guru dengan guru
serta sekolah dengan masyarakat.
4.Tantangan
berbagai analisis
Tantangan nyata sekarang sebenarnya merupakan
kesenjangan antara tujuan yang dicapai sekolah dengan kondisi sekolah saat ini.
Jadi, tantangan nyata itulah yang harus diatasi selama kurun waktu tertentu.
Analisis
SWOT
Analisis SWOTmerupakansalahsatuanalisispilihan
( Strategic choice) yang sudahsangat popular. Dalam proses pelatihanini,
analisis SWOT akandigunakansebagai instrument analisis yang dapat di
pertimbangkanpenggunaannya, ataupesertabebasuntukmemakai instrument lain yang
dinilailebihsesuaiataumemadaidengan focus-fokus yang
telahditentukandalamsimulasi sub kelompokataukelompok.
Analisis
SWOT (Strengths = kekuatan, Weakness = kelemahan, Opportunity = Peluang,
Threats = tantangan) merupakan suatu metode analisis untuk mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal organisasi. Faktor internal berupa
kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman.
Penggunaan analisisSWOT di maksudkan untuk menentukan posisi organisasi.
Strengths (kekuatan)
merupakan kodisi internal positif yang memberikan keuntungan. Weakness
(kelemahan) merupakan kondisi internal negative yang dapt merendahkan penilaian
terhadap organisasi. Opprtunity (peluang
adalah kondisi sekarang atau masa depan yang meguntungkan organisasi.
Threats (tantangan adalah kondisi
eksternal organosasi, sekarang, dan yang akan datang yang tidak menguntungkan
organisasi.
Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut, hasil analisis
kemudian digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya
dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan memanaatkan peluang, serta secara
bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan MBS Harus melalu
perencana,an yang matang untuk mencetak output bedasarkan tuntutan kurikulum.Manajemen pendidikan berbasis
sekolah akan menjadi sekedar wacana jika tidak diaplikasikan secara efektif di
lembaga pendidikan.pewacanaan di anggab tuntas, langkah selanjutnya adalah
melakukan penerapan dengan segala konsekuen yang dapat di pertanggung jawabkan.
Perubahan manajemen dari yang bersifat konvensional seperti selama ini,
dianggap membuang-buang waktu tanpa memberikan solusi efektif menuju pencerahan
pendidikan.
B. Saran
Dengan
adanya makalah ini kami menyarankan ketika palaksaan manajemen berbasis sekolah
kita harus mengamati kepemimpinan atau sturuktur manajemennya apakah suda
terstruktur dan tertata dengan baik apa tidak?dan kami selaku kelompok III
mengakui bahwa isi makalah ini pasti ada
kekurangannya karena manusia tidak luput dari kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ula,S.Shoimatul.
2013. Manajemen Pendidikan Efektif.
Jogjakarta: Berlian
Andang.
2014. Manajemen & Kepemimpinan Kepala
Sekolah.Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Fattah, Nanang. 2013. Sistem penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Machali, Imam & Kurniadin, Didin. 2012. Manajemen Pendidikan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Mulyono. 2009. Manajemen
Administrasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Suparlan. 2013. Manajemen
Berbasis Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara
Prim Masrokan
Matohar. 2013. Manajemen Mutu sekolah.
Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
Hamzah&KoniSatria. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara
Mulyasana Dedi.2012. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Akdon. 2009. Strategic Management. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar