Jumat, 22 Mei 2015

Modernisasi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari atau tidak perubahan dalam masyarakat itu pasti terjadi, meskipun terkadang perubahan didalamnya tidak selamanya mencolok atau sangat berpengaruh terhadap kehidupan luas. Ada perubahan yang bersifat cepat dan mencakup aspek-aspek yang luas, ada pula yang berjalan sangat lambat. Perubahan tersebut akan terlihat dan dapat ditemukan oleh seseorang yang mau meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu dan dibandingkan dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada masa lampau.
 Perubahan pada masyarakat di dunia ini merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain dari dunia, antara lain berkat adanya komunikasi moderen. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, terjadinya revolusi, modernisasi dan seterusnya yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang letaknya jauh dari tempat tersebut.
Pandangan sebagian masyarakat mengenai masyarakat pedesaan yang masih primitif atau tertinggal itu adalah masyarakat yang statis, tidak maju, dan tidak berubah adalah pandangan yang kurang tepat. Pandangan tersebut muncul akibat pengamatan yang dilakukan hanya sepintas saja, kurang mendalam, dan kurang meneliti, karena tidak mungkin ada suatu masyarakat yang tidak mengalami perubahan, hanya saja mungkin perubahan yang berjalan relatif lambat atau mungkin sangat lambat. Intinya bahwa tidak ada suatu masyarakat pun yang tidak mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.1Modernisasi pun pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan atau pembaharuan. Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang sangat banyak, tergantung dari bidang mana yang akan diutamakan oleh penguasa. Jika individu atau masyarakat terbuka terhadap hal-hal baru, maka ada kecenderungan proses modernisasi itu akan berjalan dengan cepat.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa Konsep Modernisasi?
2.      Apa Konsep Perubahan Sosial?
3.      Apa Modernisasi dan Perubahan Sosial?
4.      Apa faktor penyebab Modernisasi?
5.      Apa Dampak Positif Modernisasi?
6.      Apa Dampak Negatif Modernisasi?
1.3 Tujuan
1.      Mengetahu Konsep Modernisasi?
2.      Mengetahui konsep perubahan social.
3.      Mengetahui faktor penyebab Modernisasi?
4.      Mengetahui Dampak modernisasi, baik dampak Positif dan Negatif.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Modernisasi
Pada dasarnya semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senatiasa terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antara masyarakat yang satu denganmasyarakat yang lain. Proses modernisasi itu sangat luas, hampir-hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan masalahnya, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan seterusnya.
Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di tahun 1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan dalam tiga cara: historis, relatif, dan analisis. Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan westernisasi atau Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cita-cita masyarakat yang dijadikan model. Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap moderen baik oleh masyarakat banyak maupun oleh penguasa. Definisi analisis berciri lebih khusus dari pada kedua definisi sebelumnya yakni melukiskan dimensi masyarakat moderen dengan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pra modern.
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, dimana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan pendapat Wilbert E. Moore yang mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra moderen dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri-ciri negara barat yang stabil.






2.2 Konsep Perubahan Sosial
            Berbicara mengenai perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu, untuk dapat mengetahuinya harus diketahui dengan cermat meski terus berubah. Rogers et.al. mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses yang melahirkan perubahan-perubahan didalam struktur dan fungsi dari suatu sistem kemasyarkatan. Sedangkan Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-peubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
            Soerjono Soekanto merumuskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhisistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perikelakuan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat
            Kiranya sulit untuk membayangkan bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada salah satu lembaga kemasyarakatan, tidak akan menjalar ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Walaupun hal itu mungkin saja terjadi, akan tetapi pada umumnya suatu perubahan di bidang tertentu akan mempengaruhi bidang-bidang lainnya. Masalah kemudian adalah sampai seberapa jauh suatu lembaga kemasyarakatan dapat mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, atau sampai sejauh manakah suatu lembaga kemasyarakatan dapat bertahan terhadap rangkaian perubahan-perubahan yang dialami lembaga kemasyarakatan lainnya ?
            Dalam penelaahan mengenai perubahan-perubahan sosial yang relatif kompleks tersebut, seiring para ahli mengalami kekaburan terutama tentang ruang lingkup, batasan pengertian,dan aspek-aspek yang utama dalam perubahan tersebut. Untuk menghindari kesulitan, maka faktor utama yang paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah batas pengertian dari perubahan sosial itu sendiri.





2.3 Modernisasi dan Perubahan Sosial
Teori modernisasi lahir di tahun 1950-an di Amerika Serikat, dan merupakan respon kaum intelektual terhadap perang dunia yang bagi penganut evolusi dianggap sebagai jalan optimis menuju perubahan. Modernisasi menjadi penemuan teori yang terpenting dari perjalanan kapitalisme yang panjang dibawah kepemimpinan Amerika Serikat. Teori ini lahir dalam suasana ketika dunia memasuki "PerangDingin" antara negara-negara komunis dibawah pimpina Negara Sosialis Uni Soviet Rusia (USSR). Perang dingain merupakan bentuk peperangan idiologi dan teori antara kapitalisme dan Sosialisme. Sementara itu gerakan sosialisme Rusia mulai mengembangkan pengaruhnya tidak saja di Eropa Timur, melainkan juga di negara-negara yang baru merdeka. Dengan demikian dalam konteks perang dingin tersebut, teori modernisasi terlibat dalam peperangan idiologi.
Teori modernisasi dan pembangunan yang pada dasarnya merupakan sebuah gagasan tentang perubahan sosial dalam perjalanannya telah menjadi sebuah idiologi. Perkembangan ini adalah akibat dari dukungan dana dan politik luar biasa besarnya dari pemerintah dan organisasi maupun perusahaan swasta di Amerika Serikat serta negara-negara liberal lainnya. Semua itu menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu gerakan ilmuwan antardisiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan kajian terhadap perubahan sosial. Akibatnya menjadikan teori modernisasi tidak hanya sekedar merupakan "industri yang sedang tumbuh", tetapi telah menjadi sebuah aliran pemikiran (a school of thought), bahkan telah menjadi sebuah idiologi. Pengaruh modernisasi di dunia ketiga sangat luas, tidak hanya pada kalangan akademisi di Perguruan Tinggi, tetapi juga kalangan birokrasi yakni para perencana dan pelaksana program pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Bahkan modernisasi juga berpengaruh dalam pemikiran keagamaan di kalangan pemimpindan pendidikan agama. Modernisasi juga sangat mempengaruhi banyak pemikiran kalangan organisasi nonpemerintah.
Modernisasi hampir pada awalnya akan mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat. Apalagi modernisasi mulai menyangkut nilai-nilai masyarakat dan norma-norma masyarakat. Proses yang begitu cepat serta tidak mengenal istirahat hanya dapat menyebabkan disorganisasi yang terus menerus, karena masyarakat tidak pernah sempat untuk mengadakan reorganisasi. Salah satu faktor psikologi-sosial yang penting bagi modernisasi adalah komitmen rakyat atau sekurang-kurangnya keinginan mereka untuk menjadi moderen, karena itulah sebagian besar waktu dan tenaga pemimpin politik dicurahkan untuk menjamin dan memantapkan komitmen atau keinginan rakyat ini.
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan cepat dari tradisi ke moderen). Selain itu modernisasi juga berwatak kompleks melalui banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi semua gerakan manusia, melalui proses yang bertahap untuk menuju suatu homogenisasi (convergency) yang bersifat progresif.
Syarat-syarat Modernisasi adalah sebagai berikut
           
1.      Cara berpikir yang ilmiah (Scientific thinking) yang melembaga dalam kelas pengusaha maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik.
2.      Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi
3.       Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu, agar data tidak tertinggal .

4.      Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakat (belief system)

5.      Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan
6.      Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (Social Planning). Apabila tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.
Modernitas (kehidupan yang lebih moderen) menunjukkan sejumlah fenomena baru dalam masyarakat moderen. Di bidang ekonomi yang menjadi sentral keseluruhan sistem sosial, terlihat fenomena sebagai berikut :
1.      Pertumbuhan ekonomi sangat cepat.
2.      Terjadinya pergeseran dari produksi agraris ke industri sebagai inti sektor    ekonomi
3.      Konsentrasi produksi ekonomi di kota dan kawasan urban
4.      Penggunaan sumber daya tak bernyawa sebagai pengganti tenaga kerja manusia dan hewan
5.      Penyebaran temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan sosial
6.      Terbukanya pasar tenaga kerja berkompetensi bebas dan sedikitnya pengangguran
7.      Terkonsentrasinya tenaga kerja di pabrik dan perusahaan raksasa
8.      Pentingnya peran pengusaha, manager, atau "kapten industri" dalam pengendalian produksi.

Perubahan besar juga terjadi di bidang politik, yang meliputi:
1.      Peran negara makin besar. Negara melaksanakan fungsi baru dalam mengatur dan    mengkoordinis produksi, distribusi kekayaan, melindungi kedaulatan ekonomi, dan merangsang pengembangan pasar luar negeri
2.      Mengembangkan pemerintahan berdasarkan hukum yang mengikat pemerintah dan warga negara
3.      Berkembangnya penggolongan warga negara, kategori sosial makin luas dengan hak sipil dan hak politik makin besar
4.      Berkembangnya "organisasi birokrasi rasional" yang impersonal sebagai sistem manajemen dan administrasi dominan dalam segala sapek kehidupan sosial.

                Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan pada perencanaan (jadi juga merupakan intended atau planened-change) yang biasa dinamakan social planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan, karena prosesnya meliputi bidang-bidang yang sangat luas.
                Modernisasi menimbulkan perubahan di berbagai bidang nilai, sikap dan kepribadian. Sebagian besar perkara ini terhimpun dalam konsep "manusia moderen".  Menurut Lerner, manusia moderen adalah orang yang gemar mencari mencari sesuatu sendiri... mempunyai kebutuhan untuk berprestasi... dan gemar mencari sesuatu yang berbeda dari orang lain.
                Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang biasanya terjadi bersamaan dengan usaha modernisasi. Berbagai perubahan sistem stratifikasi telah terjadi pula selama proses modernisasi. Tumin melukiskan 9 jenis perubahan sistem stratifikasi sosial ketika masyarakat bergerak menuju industrialisasi :
1.      Pembagian kerja menjadi semakin rumpil, bersamaan dengan meningkatnya jumlah spesialisasi.
2.      Status cenderung berdasarkan atas prestasi sebagai pengganti status berdasarkan asal usul (ascription).
3.      Alat yang memadai untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan dari orang yang terlibat dalam produksi menjadi perhatian utama.
4.      Peranan pekerjaan bergeser dari kegiatan yang memberikan kepuasan hakiki ke peranan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan. Artinya, pekerjaan berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan ganjaran ketimbang sebagai ganjaran itu sendiri.
5.      Ganjaran yang tersedia untuk didstribusikan meningkat
6.      Ganjaran didistribusikan atas dasar yang agak lebih adil
7.      Terjadinya pergeseran dalam peluang hidup di berbagai strata sosial
8.      Terjadinya pergeseran dalam distribusi gengsi sosial, meskipun keuntungan menjadi masyarakat moderen dibanding menjadi masyarakat tradisional dalam hal ini masih menjadi tanda-tandanya.
9.      Pergeseran dan masalah serupa terdapat juga dalam distribusi kekuasaan.
                Selama proses modernisasi kelas menengah dan kelas atas berkembang. Perluasan ini disebabkan perubahan struktur pekerjaan dan ini berarti terdapat tingkat mobilitas yang tinggi, karena kelas menengah dan atas lebih berorientasi kepada perubahan dari pada kelas bawah yang tercakup dalam modernisasi.
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang ingin mengadakan perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang direncanakan atau dikehendaki tersebut selalu berada dibawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut.
                Perubahan yang direncanakan, paling baik dilakukan pada masyarakat yang memang sebelumnya sudah mempunyai keinginan untuk mengadakan perubahan, tetapi tidak mampu melakukannya. Dalam kondisi demikian, masyarakat akan serta merta menerima perubahan yang dilakukan oleh pada agent of change tersebut yang dirasakan sesuai dengan kehendak masyarakat yang bersangkutan. Akan lebih baik lagi apabila sebelum perencanaan dilakukan, agent of change terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap masyarakat sasaran perubahan untuk mengetahui kehendak dan harapan mereka, baru kemudian disesuaikan dengan perencanaan yang sudah ada.
                Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh tiga kategori perubahan sosial yaitu :
1.      Invention; yang merupakan proses perubahan dalam masa suatu ide baru diciptakan dan dikembangkan dedalam masyarakat.
2.      Diffusion; yang merupakan suatu proses dalam mana ide-ide baru tersebut disampaikan melalui suatu sistem-sistem hubungan sosial tertentu.
3.      Consequence; yang merupakan proses perubahan yang terjadi dalam sistem masyarakat tersebut, sebagai hasil dari adopsi (penerimaan) mauoun rejection (penolakan) terhadap ide-ide baru.
Tahap-tahap tersebut di atas, sudah tentu menyangkut tanggapan atau sikap dari individu yang terlibat dalam perubahan. Kalau kita melihat secara garis besar, ada yang menerima dan ada yang menolak perubahan tersebut. Terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan, yaitu :
1.      Kontak dengan kebudayaan lain.
2.      Sistem pendidikan formal yang maju
3.      Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
4.      Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation) yang bukan merupakan delik
5.      Sistem terbuka lapisan masyarakat
6.      Penduduk yang heterogen
7.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
8.      Orientasi ke masa depan
9.  Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Disamping itu, terdapat faktor yang menghalangi perubahan yaitu :
1.      Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3.      Sikap masyarakat yang sangat tradisional
4.      Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
5.      Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6.      Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup
7.      Hambatan-hambatan yang bersifat idiologis
8.      Adat atau kebiasaan
9.      Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.
                Selain itu terdapat beberapa kategori dari orang atau kelompok yang terbuka untuk suatu perubahan sebagaimana disebutkan dibawah ini oleh Schoorl yaitu :
1.      Mereka yang tidak menyetujui keadaan; yaitu mereka yang selalu menolak untuk mengikuti kebiasaan tertentu walaupun itu dalam hati saja, karena pendidikan dan atau keyakinan-keyakinan tertentu
2.      Mereka yang acuh tak acuh; adalah mereka yang tidak atau belum mengikuti kebiasaan tertentu atau tidak merasa terikat olehnya.
3.      Mereka yang tidak puas; adalah mereka yang meula-mula mengikuti kebiasaan tertentu, tetapi kemudian menjadi terasing mungkin karena berkenalan dengan alternatif lain.
4.      Mereka yang mengandung rasa dendam; mereka ini sebenarnya setuju dengan keadaan masyarakat dari kebudayaan yang ada, tetapi mereka tidak puas dengan kedudukan mereka didalamnya.
2.4   Dampak Positif Modernisasi
Beberapa dampak positif adanya modernisasi di masyarakat antara lain memperkuat integrasi dalam masyarakat, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), kemajuan di bidang industri, meningkatkan kesadaran politik dan demokrasi, serta kemajuan di bidang transportasi.
a.       Memperkuat Integrasi dalam Masyarakat

Ciri manusia yang modern di antaranya adalah memiliki sikap yang terbuka terhadap segala bentuk pengalaman dan perubahan. Dengan adanya sikap ini tentunya akan memperlancar proses komunikasi dan interaksi antarindividu dalam masyarakat. Proses interaksi yang lancar akan mempererat jalinan hubungan antarwarga dan juga akan memupuk integrasi sehingga semakin kukuh

b.      Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek)

Kesiapan manusia modern untuk berubah dan terbuka pada hal-hal baru akan mengubah pola pikir mereka. Seperti masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang dapat membantu meringankan beban pekerjaan serta menghemat waktu dan tenaga, membuat mereka yakin bahwa dengan iptek akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya.
Di samping itu, adanya kemajuan iptek akan menumbuhkan rasa ingin tahu, ingin mempelajari lebih lanjut, dan kemudian turut menciptakan hal baru yang lainnya. Inilah yang dimiliki manusia-manusia modern dalam menyikapi kemajuan, di mana kemajuan iptek dan juga perubahan disikapi sebagai hal positif yang dapat mengembangkan diri mereka.
Peningkatan teknologi dirasakan akan menopang banyak kehidupan. Seperti sistem pendidikan, sistem perekonomian, dan lain sebagainya. Dengan teknologi yang baru seperti fasilitas internet, dapat dimanfaatkan dalam menunjang pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, misalnya kemudahan mengakses informasi yang berhubungan dengan tugastugas yang diberikan oleh guru secara cepat.

c.       Kemajuan di Bidang Industri

Adanya modernisasi dapat menunjang kemajuan di bidang industri. Semua kemudahan-kemudahan, fasilitas-fasilitas teknis yang ada akan lebih mempercepat proses produksi dan distribusi barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam proses produksi, kemajuan di bidang teknologi, terutama penambahan jumlah mesin-mesin produksi akan dapat menghasilkan barang dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Dalam hal ini tentunya akan berimbas pada keuntungan yang besar.

d.      Meningkatkan Kesadaran Politik dan Demokrasi

Semakin mudahnya mengakses informasi, baik dari media cetak maupun media elektronik, maka semakin banyak pula pengetahuan politik yang didapatkan oleh masyarakat. Dengan demikian sikap kritis sebagai perwujudan kehidupan yang demokratis akan lebih mudah terbentuk.

e.       Kemajuan di Bidang Transportasi

Saat ini, masyarakat sudah dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas transportasi yang mengedepankan kenyamanan, keterjangkauan harga, dan ketepatan waktu. Semua bidang transportasi mulai dari kendaraan bermotor seperti bus, taksi, kereta api, pesawat terbang, dan kapal laut saat ini berlomba-lomba mengembangkan dan menambah fasilitas-fasilitas baru pada armada mereka untuk melayani masyarakat.
2.5   Dampak Negatif Modernisasi
Modernisasi tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kehidupan sosial masyarakat dalam arti mengubah masyarakat dari tradisional menjadi modern. Tidak menutup kemungkinan masyarakat yang kurang siap terhadap modernisasi akan memunculkan sikap yang menjadi dampak negatif dari modernisasi itu sendiri. Beberapa dampak negatif yang dapat muncul akibat gejala modernisasi adalah sebagai berikut.
a.      Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Secara khusus, kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari adanya modernisasi dan pembangunan dapat dilihat adanya berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat berikut ini.
1)      Timbulnya kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya pengangguran, kelompok asongan, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya.
2)      Adanya perbedaan kelas yang didasarkan pada tinggi rendahnya pendidikan yang ditempuh.
3)      Terjadinya berbagai masalah sosial dalam keluarga, terutama antara orang tua dengan anak-anaknya. Hal ini karena adanya perbedaan pola pikir dan adanya kecenderungan bahwa anak-anak (generasi muda) lebih dapat menerima perubahan yang terjadi, jika dibandingkan dengan orang tua (generasi tua) yang cenderung untuk mempertahankan tradisi yang sudah ada.
4)      Terjadi perubahan sosial budaya dalam masyarakat yang sulit untuk dihindarkan, kecuali warga masyarakat itu sendiri harus dapat mengantisipasinya, seperti pengaruh pergaulan bebas, minum-minuman keras, mode pakaian, gaya rambut, dan lain-lain.
Selain kesenjangan sosial, modernisasi juga dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan ekonomi. Hal ini bisa kita lihat adanya berbagai gejala di masyarakat berikut ini.
1)      Timbulnya jurang yang semakin dalam antara si kaya dan si miskin.
2)      Budaya konsumerisme, yang ditandai adanya sekelompok masyarakat yang selalu ingin memiliki barang baru yang ada di pasar, walaupun tidak dapat memilikinya secara tunai.
3)      Kelompok masyarakat yang berhasil dalam bidang usahanya akan menjadi kaya secara mendadak.
4)      Timbulnya demonstration effect, maksudnya sekelompok masyarakat yang selalu memamerkan kekayaannya.
b.      Pencemaran Lingkungan Alam
Modernisasi di negara kita yang ditandai dengan dibangunnya berbagai industri dan pembangunan di segala bidang kehidupan telah menyebabkan atau menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan hidup. Kenyataan yang bisa kita lihat di masyarakat adalah bahwa pembangunan industri telah menimbulkan pencemaran sungai karena sebagian besar industri membuang limbahnya ke sungai. Selain itu juga telah mengakibatkan terjadinya pencemaran udara akibat asap pabrik.
Menurut banyak ahli, masalah tata lingkungan tidak terbatas pada masalah pencemaran udara dan sungai-sungai akibat limbah industri, tetapi mencakup tata lingkungan yang semakin memburuk akibat benturan tekanan penduduk, pengembangan sumber alam dan energi, proses pertumbuhan ekonomi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia akibat kegiatan pembangunan serta industrialisasi sekarang ini tidak dapat dianggap ringan. Dengan demikian, masalah ini harus mendapat prioritas dalam agenda pembangunan.
c.       Kriminalitas
Tindakan kriminal atau kejahatan umumnya dilihat sebagai perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Tindakan kejahatan ini biasanya menyebabkan pihak lain kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan kehilangan nyawa. Tindakan ini mencakup pula semua kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan kestabilan negara, seperti korupsi, makar, subversi, dan terorisme.
Kriminalitas menurut Abdul Syani dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya adalah aspek yuridis, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

1)      Aspek Yuridis
Ditinjau dari aspek yuridis, kriminalitas adalah perbuatan seseorang yang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan, serta dijatuhi hukuman.
2)      Aspek Sosial
Kriminalitas menurut aspek sosial diartikan sebagai seseorang yang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dari norma-norma yang berlaku dengan sadar ataupun tidak sadar, sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
3)      Aspek Ekonomi
Ditinjau dari aspek ekonomi, kriminalitas adalah perbuatan seseorang atau kelompok yang dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya sehingga ia dianggap sebagai penghambat kebahagiaan orang lain.
Apabila kita perhatikan, faktor-faktor penyebab kejahatan sangat kompleks. Sumber kejahatan bukan hanya berasal dari dalam manusia sendiri, melainkan juga karena tekanan dari luar. Oleh karena itu, sulit untuk menggali akar-akar yang melahir-kan kejahatan tersebut.
Sejalan dengan pesatnya pembangunan di segala bidang kehidupan, kejahatan terus berkembang, baik dari kuantitas, kualitas, maupun jenisnya. Kejahatan-kejahatan itu harus terus dikikis habis atau paling tidak ditekan agar tidak meningkat. Upaya itu merupakan tanggung jawab kita semua tanpa terkecuali. Tanpa keterlibatan semua lapisan masyarakat, kejahatan sulit untuk dilenyapkan. Beberapa perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau kejahatan antara lain pembunuhan, pencurian, intimidasi (pengancaman), penyalahgunaan obat-obatan terlarang, perampasan atau perampokan, pemalsuan, pelanggaran ekonomi, penganiayaan seksual, korupsi, dan penculikan.
d.      Kenakalan Remaja (Juvenille Delinquency)
Kenakalan remaja dirumuskan sebagai suatu kelainan tingkah laku, perbuatan, ataupun tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan antisosial yang melanggar norma-norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Remaja yang dimaksudkan adalah mereka yang berusia di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun, serta belum menikah.
Adapun penyebab kenakalan remaja dapat dibedakan atas sebab-sebab intern dan ekstern.
1)      Sebab-Sebab Intern
Beberapa penyebab kenakalan remaja yang berasal dari dalam diri individu di antaranya adalah sebagai berikut.
a.       Cacat keturunan yang bersifat biologis dan psikis.
b.      Pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan, serta mengarah ke perbuatan yang nakal.
c.       Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbangdengan keinginan remaja, sehingga menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya ke arah perbuatan yang nakal.
d.      Lemahnya kemampuan pengawasan terhadap diri sendiri dan sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya.
e.       Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan-lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian dan kepuasan dalam kelompok-kelompok remaja nakal.
f.       Tidak mempunyai kegemaran yang sehat, sehingga canggung dalam bertingkah laku, akibatnya mencari pelarian ke arah yang tidak baik.
2)      Sebab-Sebab Ekstern
Sementara itu beberapa faktor di luar individu yang menyebabkan kenakalan remaja adalah sebagai berikut.
a.       Rasa cinta dan perhatian yang kurang dari orang tua dan guru.
b.      Kegagalan pendidikan pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
c.       Pengawasan yang kurang dari pihak-pihak yang terkait langsung dengan si anak.
d.      Kurangnya penghargaan terhadap remaja oleh lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
e.       Kurangnya sarana-sarana dan pengarahan bagi remaja dalam pemanfaatan waktu senggang.
f.       Cara-cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja yang dilakukan oleh orang tua, guru, masyarakat, ataupun pemerintah.
g.      Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk remaja untuk berbuat nakal.










BAB III
PENUTUB
3.1 KESIMPULAN
                Modernisasi dan perubahan sosial merupakan dua hal yang saling berkaitan. Modernisasi pada hakikatnya mencakup bidang-bidang yang sangat banyak, bidang mana yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari kebijakan penguasa yang memimpin masyarakat tersebut. Modernisasi hampir pasti pada awalnya akan mengalami disorganisasi dalam masyarakat, apalagi yang menyangkut nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, dimana masyarakat yang bersangkutan belum siap untuk berubah, karena perubahannya begitu cepat serta tidak mengenal istirahat. Hal tersebut akan mengakibatkan disorganisasi yang terus menerus, karena masyarakat tidak pernah sempat untuk mengadakan reorganisasi.















DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Fakih, Mansour. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogjakarta: Insistpress, 2009.
Lauer, Robert H. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Lerner,
Modernization, Social Aspeccts, International Encyclopedia of the Social Science. Leibo, Jefta.
Sosiologi Pedesaan Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda. Yogjakarta: Andi Offset,1995.
Melvin M. Tumin, Competing Status Systems, dalam Labor Commitment and Social Change, ed.
Moore and Feldman Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1994. -------------. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Sugihen, Bahreint T. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: Grafindo Persada,1997.
Sztompka, Piort. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004. Wilbert E. Moore. Social
Verandering dalam Social Change. Diterjemahkan oleh A. Basoski, Prisma Boeken, Utrech, Antwepen,1965.
- See more at: http://www.siswapedia.com/dampak-modernisasi-kaitannya-dengan-perubahan-sosial/#sthash.8kskcduh.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar